penelitian tanaman gaharu (2)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa delapan jenis isolat yang diuji cukup efektif dalam pembentukan gaharu, Hal ini dapat diketahui dari perubahan fisik yang terjadi pada jaringan batang yang ada di sekitar lubang inokulasi, yaitu adanya perubahan warna yang bervariasi dari coklat muda sampai coklat tua dengan panjang dan lebar area yang terinfeksi juga bervariasi. Selain itu dari uji aroma yang dilakukan dengan pembakaran didapatkan hasil bahwa beberapa isolat cukup potensial menghasilkan gaharu, hal ini dapat diketahui dari potongan kayu yang terinfeksi dari sejumlah isolat tersebut setelah dikeringkan secara alami dan dibakar mengeluarkan aroma wangi gaharu. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran pengaruh perlakuan jenis isolat terhadap variabel yang diamati, didapatkan hasil analisis varian (uji F) yang ditampilkan pada Tabel
Berdasarkan hasil anava diketahui bahwa semua perlakuan memberikan hasil berbeda sangat nyata terhadap variabel pengamatan kecuali pengukuran aroma. Selengkapnya hasil DMRT semua variabel yang berbeda sangat nyata disajikan dalam Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa dari delapan jenis isolat yang diuji didapatkan 4 isolat (Acremonium sp, Cephalosporium sp.), Cylindrocarpon sp. dan Fusarium lateritium) memberikan pengaruh yang sama terhadap rata- rata ukuran diameter lubang inokulasi. Tetapi efektivitas keempat isolat tersebut berbeda nyata dengan empat isolat lainnya (F.fusariodes, F.solani, F.nivale dan F.roseum).
Keempat isolat yang disebutkan terakhir memberikan hasil yang sama satu sama lain terhadap efektivitasnya pada rata-rata ukuran diameter lubang inokulasi. Rata- panjang area infeksi terbesar dihasilkan oleh isolat Cylindrocarpon (J1) sebesar 5.850 cm. Hasil ini berbeda sangat nyata dengan ketujuh isolat lainnya (Tabel 2). Tetapi enam isolat (F.solani, F. nivale, Acremonium sp., F. roseum, F.fusariodes dan Cephalosporium sp) memberikan hasil yang sama satu sama lain terhadap efektivitas pembentukan panjang area infeksi.
Isolat yang memberikan hasil rata-rata panjang area infeksi terkecil adalah    F.lateritium yaitu sebesar 2.340 mm, tetapi hasil ini tidak berbeda nyata dengan efektivitas isolat    F. roseum, F.fusariodes dan Cephalosporium sp.Isolat yang memberikan hasil pembentukan    
merata. 
lebar area infeksi terbesar adalah Cylindrocarpon sp., tetapi hasilnya tidak berbeda nyata dengan efektivitas isolat Fusarium nivale dan Fusarium solani (Tabel 2). Hasil ketiga isolat tersebut berbeda nyata dengan kelima isolat lainnya.
Diketahui juga bahwa efektivitas empat isolat (Acremonium    sp., Fusarium fusariodes, Fusarium  roseum,  dan Cephalosporium sp ) sama terhadap pembentukan rata-rata lebar area infeksi. Rata-rata lebar area infeksi terkecil dihasilkan isolat Fusarium lateritium.Isolat    Cylindrocarpon sp. menghasilkan rata-rata skor warna paling baik yaitu mendekati 2 (1.967), tetapi hasil ini tidak berbeda nyata dengan kelima isolat lainnya (Fusarium solani, Fusarium  roseum, Fusarium fusariodes, Fusarium nivale    dan Cephalosporium    sp.) (Tabel 2). Rata-rata skor warna terkecil dihasilkan isolat Fusarium lateritium , tetapi hasilnya sama dengan rata-rata skor warna yang dihasilkan    
ketiga isolat yaitu Fusarium nivale, Cephalospo-rium sp. dan  Acremonium sp.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran terhadap variabel yang diamati (diameter lubang inokulasi, panjang area infeksi, dan lebar area infeksi) selama 6 bulan di lapangan dan dilanjutkan dengan pengukuran dan pengamatan warna kayu gubal dan aroma kayu gubal yang terbentuk yang dilaksanakan di laboratorium selama 1 bulan karena membutuhkan pengeringan alami, didapatkan hasil secara keseluruhan kedelapan isolat yang diuji efekttivitasnya dalam menginduksi resin gaharu cukup efektif. Hal ini ditandai dari hasil yang didapatkan bahwa variabel yang diukur memberikan hasil yang baik dan signifikan, kecuali terhadap pengujian aroma.
Berdasarkan hasil analisis varian (anava) uji F, diketahui bahwa perlakuan jenis isolat berpengaruh sangat nyata terhadap perubahan ukuran diameter lubang inokulasi. Hasil pengukuran ukuran diameter lubang inokulasi pada akhir pengamatan (bulan ke-6 setelah inokulasi), didapatkan hasil yang bervariasi, yaitu sejumlah isolat menghasilkan ukuran diameter lubang inokulasi yang bertambah besar dari ukuran awal pada waktu inokulasi ( 8 mm), sedangkan sejumlah isolat lainnya menyebabkan terjadinya penyembuhan pelukaan yaitu mengecilnya ukuran diameter lubang inokulasi (< 8 mm).
Berdasarkan hasil uji lanjut diketahui bahwa isolat Acremonium sp. memberikan hasil pertambahan ukuran diameter lubang inokulasi yang terbesar dan tidak berbeda nyata dengan Cephalosporium sp. (j8), Cylindrocarpon sp. (j2) dan Fusarium lateritium (j7). Hal ini dapat diartikan bahwa dengan kehadiran keempat isolat tersebut menyebabkan terjadinya pelapukan pada batang A.malaccensis, yaitu ditandainya dengan bertambahnya ukuran diameter lubang inokulasi.
Apabila dilihat dari hasil pengukuran, pertambahan ukuran diameter tersebut sangat kecil sekali yaitu kurang dari 1 mm, tetapi hal ini tetap menjadi perhatian karena data yang didapatkan berasal dari pengamatan yang dilakukan baru 6 bulan, diduga dengan bertambahnya waktu kemungkinan pertambahan diameter lubang inokulasi dapat terjadi, sebaliknya, dari isolat Fusarium fusariodes (j5) memberikan hasil tidak terjadi pertambahan ukuran diameter lubang inokulasi (tetap) karena menghasilkan rata-rata 8.067 mm, sedangkan ketiga isolat lainnya yaitu Fusarium solani (j4), Fusarium nivale (j3) dan Fusarium roseum (j6) memberikan hasil berupa berkurangnya ukuran diameter lubang inokulasi (kurang dari 8 mm). Hal ini dapat diartikan bahwa terjadinya penyembuhan luka pada lubang inokulasi.
Pengukuran terhadap panjang area yang terinfeksi yang menunjukkan terjadinya deposisi resin dilakukan pada akhir pengamatan bulan keenam setelah inokulasi. Berdasarkan hasil anava uji F diketahui bahwa perlakuan jenis isolat memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap ukuran panjang area yang terinfeksi.
Isolat Cylindrocarpon sp. memberikan hasil    
terbaik yaitu menghasilkan panjang area terinfeksi     
paling besar yaitu 5.850 cm dan berbeda nyata     
dengan ketujuh isolat lainnya.  Hal ini menunjukkan     
bahwa dari delapan jenis isolat yang diuji     
didapatkan hasil bahwa    Cylindrocarpon sp     
memiliki efektivitas paling tinggi untuk menginfeksi     
kayu A. malaccensis. Dengan lama pengamatan     
baru 6 bulan dengan kemampuan menghasilkan     
panjang area yang terinfeksi sebesar 5.850 cm     
diduga dengan bertambahnya waktu pengamatan     
setelah inokulasi maka panjang area yang     
terinfeksi juga dimungkinkankan bertambah.     
Isolat yang memberikan hasil rata-rata     
panjang area yang terinfeksi paling kecil yaitu     
Fusarium lateritium    (j7), tetapi hasilnya tidak     
berbeda nyata dengan    Fusarium  roseum    (j6,)     
Fusarium fusariodes  (J5)  dan Cephalosporium     
sp (j8). Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas     
keempat isolat tersebut menginfeksi pohon     
A.malaccensis pada penelitian ini cukup rendah.     
Pengukuran terhadap lebar  area yang     
terinfeksi yang menunjukkan terjadinya deposisi     
resin dilakukan pada akhir pengamatan bulan     
keenam setelah inokulasi. Berdasarkan hasil anava     
uji F diketahui bahwa perlakuan jenis isolat     
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap     
ukuran lebar area yang terinfeksi.     
Isolat Cylindrocarpon sp. memberikan hasil     
terbaik yaitu menghasilkan rerata lebar area     
terinfeksi paling besar yaitu 1.457 cm dan berbeda     
nyata dengan ketujuh isolat lainnya. Hal ini     
menunjukkan bahwa dari delapan jenis isolat yang     
diuji didapatkan hasil bahwa Cylindrocarpon sp     
memiliki efektivitas paling tinggi untuk menginfeksi     
kayu A. malaccensis. Dengan lama pengamatan     
baru 6 bulan dengan kemampuan menghasilkan     
lebar  area yang terinfeksi sebesar 1,457 cm     
diduga dengan bertambahnya waktu pengamatan     
setelah inokulasi maka lebar area yang terinfeksi     
juga dimungkinkankan bertambah.     
Efektivitas isolat Cylindrocarpon sp dalam     
menghasilkan lebar area yang terinfeksi tidak     
berbeda nyata dengan isolat Fusarium nivale (j3)     
dan    Fusarium solani    (j4), sedangkan isolat     
Fusarium lateritium    (j7) memiliki efektivitas     
paling rendah karena menghasilkan rerata lebar     
area infeksi paling kecil yaitu sebesar 1.020 cm.     
Apabila dibandingkan antara hasil     
pengukuran panjang area terinfeksi dengan lebar     
area terinfeksi, diketahui bahwa pertumbuhan     
deposit resin yang terbesar terjadi secara vertikal,     
dimana panjang area terinfeksi lebih besar     
dibanding lebar area terinfeksi. Hal ini sesuai     
dengan pertumbuhan  ukuran dari struktur sel     
jaringan kayu bahwa panjang sel jaringan kayu     
678 µm dan lebar jaringan kayu 6-7 µm     
(Departemen Kehutanan, 2004).     
Isolat yang memiliki efektivitas paling tinggi     
dalam menghasilkan panjang dan lebar area yang     
terinfeksi pada penelitian ini adalah     
Cylindrocarpon sp.    sedangkan    jamur     
Acremonium sp. memiliki efektivitas sedang dalam     
menginfeksi pohon A.malaccensis, hal ini dapat     
dilihat dari rerata panjang dan lebar area terinfeksi     
dan perubahan warna kayu yang dihasilkan tidak     
terlalu baik.     
Efektivitas isolat dalam menginfeksi pohon     
inangnya bervariasi tergantung kepada kondisi     
lingkungan tempat tumbuh pohon inang yang     
sekaligus juga dipengaruhi oleh kesesuaian     
lingkungan tumbuhnya isolat jamur tersebut. 
Beberapa penelitian yang telah dilakukan    
melaporkan bahwa banyak jenis jamur yang     
potensial sebagai penginduksi resin pohon gaharu,     
tetapi keefektifannya ditentukan dengan     
kesesuaian dengan tanaman inang dan     
lingkungannya. Beberapa jenis jamur yang telah     
berhasil diisolasi dari pohon gaharu asal Riau antara     
lain    Fusarium, Trichoderma, Diplodia,     
Scytalidium    dan    Thielaviopsis.    Dari pohon     
gaharu asal Mataram jenis jamur Acremonium sp.,     
sedangkan di Kalimantan Barat ditemukan jamur     
Fusarium oxysporum, F. bulbigenium, F.     
laseritium, Botryiodiplodia sp, dan Phytium sp.     
(Ramadhani,    etal., 2005 : Ngatiman dan     
Armansyah, 2005).     
Direktorat Bina Perhutanan  Nasional (2005)     
melaporkan bahwa cendawan yang berasosiasi     
dengan kayu gaharu di beberapa negara bervariasi     
misalnya    Cercosporella,    Chaetomum,     
Cladosporium,    Curvularia,    Diplodia,     
Pestalotia, Phialogeniculata, Pithomyces,     
Rhizopus, Spiculostillela,    dan Trichoderma.     
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sidiyasa     
dan Suharti (1987)  dalam Basri (2005) didapatkan     
adanya variasi berbagai jenis jamur seperti     
Diplodia sp, Phytium sp. dan Fusarium solani     
yang diduga mempunyai peranan penting dalam     
pembentukan dammar gaharu. Tuswal    dalam     
Beniwal (1989) melakukan penelitian terhadap     
pohon    Aquilaria malaccensis di Assam     
mendapatkan jenis  jamur Aspergillus, Penicillium     
dan Fusarium. Dilaporkan juha bahwa penelitian     
di India telah menemukan adanya jenis jamur lain     
yang terdapat pada bagian yang berdamar gaharu     
seperti    Torula cylindrocephalum,    Ganoderma     
lucidium dan    Epicoccum granolosum.     
Maryani  et al. (2005) melaporkan bahwa     
salah satu mikroorganisme penginduksi gejala     
terbentuknya    senyawa    gaharu    adalah     
Acremonium spp. Di antara banyak isolat     
Acremonium, isolat F dan M telah dibuktikan dapat     
merangsang pembentukan wangi pada tunas in     
vitro    A. malaccensis,    A. microcarpa dan     
A.crassna dan Gyrinops versteghii. Kedua isolat     
ini juga telah dibuktikan mampu menginduksi gejala     
pembentukan gubal pada pohon muda.     
Pengamatan perubahan warna kayu yang
terinfeksi dilakukan pada waktu 6 bulan sesudah    
inokulasi, dilakukan dengan menyayat kulit batang     
setebal 3 cm lebih hingga terlihat bagian jaringan     
kayu yang telah terinfeksi dan mengalami     
perubahan warna. Apabila dibandingkan dengan     
jaringan kayu pada pohon yang sehat (tidak     
terinfeksi), maka pada pohon yang sehat apabila     
disayat jaringan kayunya berwarna putih kuning     
muda dan berubah warna sesaat karena adanya     
getah pohon dan oksidasi yang terjadi. Tetapi pada     
pohon gaharu yang terinfeksi oleh jamur, jaringan     
kayunya akan menunjukkan warna coklat muda,     
coklat tua (gelap) dan bahkan kalau sudah sampai     
ke tingkat infeksi lanjut akan menunjukkan warna     
hitam atau kehitaman yang permanen.     
Perubahan warna jaringan kayu terutama di     
sekitar lubang inokulasi terjadi karena adanya     
pelukaan dan infeksi jamur (inokulum). Hal ini     
menyebabkan tanaman memproduksi metabolit     
sekunder yang terakumulasi pada jaringan kayu.     
Luka pada batang  akibat pengeboran dapat     
merangsang sistem pertahanan tanaman dimana     
pada akhirnya akan menyebabkan tanaman     
memproduksi metabolit sekunder sejenis     
sesquiterpenoid (Umboh, 2005). Metabolit     
sekunder berupa resin secara genetik sudah     
dikandung oleh beberapa jenis pohon penghasil     
gaharu, tetapi aktivitas resin ini baru bisa dipacu     
dengan adanya perlakuan eksternal yaitu pelukaan     
dan adanya jamur patogen yang sesuai.     
Adanya pelukaan (pengeboran) pada batang     
pohon penghasil gaharu seperti pada    A.     
malaccensis menyebabkan isolat jamur patogen     
lebih mudah menginfeksi tanaman. Pada jenis     
jamur yang memiliki tingkat virulensi tinggi seperti     
Cylindrocarpon sp.  dapat mempengaruhi jumlah     
akumulasi resin yang terdapat dalam jaringan kayu.     
Hal ini juga didukung oleh kondisi pohon inang     
A.malaccensis yang sehat, dimana tanaman dapat     
merespon lebih cepat adanya infeksi jamur yang     
menyebabkan tanaman dapat segera membentuk     
metabolit sekuder sebagai sistem pertahanan dari     
tanaman tersebut. Sebaliknya pada jenis jamur     
yang memiliki virulensi rendah pada tanaman yang     
rentan kemungkinan resin tidak akan terbentuk     
ataupun kalau terbentuk sangat sedikit sekali.     
Kayu yang diinfeksi oleh jamur patogen akan     
menghasilkan warna lebih gelap, hal ini disebabkan     
adanya oleoresin. Menurut Mogea et al. (2001)     
batang A.malaccensis yang terinfeksi mengeluar-     
kan senyawa oleoresin dari jenis sesquiterpene     
yang menyebabkan jaringan kayu berwarna coklat     
sampai hitam. Intensitas warna yang terjadi pada     
jaringan kayu dipengaruhi jumlah resin yang     
dikandungnya.Semakin banyak kandungan resin     
gaharu yang terdeposit dalam jaringan kayu maka     
akan semakin gelap pula warna kayu yang     
ditimbulkannya dan semakin baik kualitasnya,     
sehingga warna kayu gubal merupakan salah satu     
dasar dalam menentukan kualitas gubal gaharu.     
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor     
warna yang ada pada jaringan kayu yang terbentuk     
pada pohon uji memiliki rerata mencapai 2 (> 1),     
hal ini menunjukkan warna coklat tua. Dengan     
demikian kedelapan isolat yang diuji berpotensi     
menginfeksi pohon    A.malaccensis, teatpi     
efektivitasnya bervariasi. Isolat yang paling efektif     
adalah    Cylindrocarpon    sp. dan yang memiliki     
efektivitas rendah yaitu Fusarium lateritium.     
Kualitas gaharu yang tinggi  dapat ditentukan     
dari aromanya sebelum atau sesuah dibakar. Hasil     
uji organoleptik yang dilakukan dengan delapan     
responden, dimana tiga diantaranya adalah praktisi     
gaharu yaitu telah mengenal aroma khas gaharu     
dengan baik, selebihnya adalah mahasiswa dan     
laboran yang terlibat dalam penelitian gaharu.     
Berdasarkan hasil analisis varian (anava) uji     
F, perlakuan jenis isolat memberikan pengaruh     
tidak berbeda nyata terhadap pengukuran aroma.     
Hal ini berarti delapan isolat yang diuji memiliki     
efektivitas yang sama terhadap aroma yang     
dihasilkan. Hasil rerata skor aroma yang didapat     
berkisar 1-2  yaitu berarti tanpa dibakar belum     
wangi, setelah dibakar wangi tetapi sangat lemah,     
menyengat dan tanpa dibakar aroma wangi lemah     
menyengat, setelah dibakar wangi kuat, sedikit     
menyengat. Hasil ini menunjukkan bahwa delapan     
isolat uji tersebut berpotensi untuk menginfeksi     
gaharu tetapi efektivitasnya bervariasi.     
Dengan hasil skor aroma yang didapat dan     
dihubungkan dengan lama waktu penelitian yang     
dilakukan selama 6 bulan setelah inokulasi, maka     
diduga dengan bertambahnya waktu pengamatan     
setelah waktu inokulasi maka aroma yang     
dihasilkan nantinya dapat lebih wangi (mencapai     
skor 3).     
Aroma wangi yang dihasilkan dari kayu     
pohon penghasil gaharu yang terinfeksi jamur     
patogen tersebut terbentuk karena adanya     
senyawa resin yang merupakan metabolit sekunder     
yang dihasilkan tanaman akibat respon terinfeksi     
jamur pathogen. Metabolit sekunder tersebut     
banyak mengandung senyawa kimia. Ng et al.     
(1977) dalam Sumadiwangsa (2002) menyatakan     
bahwa    A. malaccensis mengandung aneka     
senyawa kimia seperti : agarotetrol, isaagarotetrol,     
hydroxyl chromone, methoxy chromone, dimetoxy     
chromone, dihidroxy chromone. Sedangkan     
senyawa yang menyebabkan aroma wangi pada     
gaharu adalah senyawa guia dienal, selina-dienone     
dan selina dienol. 
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dari sejumlah    
variabel pengukuran yaitu ukuran diameter lubang     
inokulasi, panjang dan lebar area yang terinfeksi,     
perubahan warna jaringan kayu dan uji     
organoleptik penentuan aroma kayu yang     
terinfeksi,    disimpulkan    bahwa    isolat     
Cylindrocarpon sp. merupakan isolat yang paling     
efektif menginfeksi pohon A.malaccensis karena     
menghasilkan nilai dan skor terbaik terhadap     
semua variabel uji.
1 komentar:
alaikum! Sy punya kebun Gaharu di jln Poros Bontang-Samarinda- Kalimantan Timur-Indonesia, ada 200 phn lbh, Jns a. malcs, umur 8-9 thn, sy cari investor untuk Assalamu kerjasama: 1. Inokulasi Ghr yg sdh ada, dan Inokulasi kayu Gaharu punya org lain, 2. anakan Gaharu ( ribuan tumbuh dibawah phn Gaharu) untuk dijadikan bibit, 3. Pengembangan budidaya Gaharu, no. sy 081346261599
Tempat : sy siapkan di Bontang- Kalimantan Timur
Posting Komentar
Komentar anda...